Request a Quote
Kosantelu X Bank Bumi Kolaborasi untuk Bumi yang Lebih Baik!
Home  ➔  Kerjasama   ➔   Kosantelu X Bank Bumi Kolaborasi untuk Bumi yang Lebih Baik!
banner02
Dua tokoh muda ini dipertemukan oleh satu kesamaan: hasrat untuk membuat perubahan yang bermakna. Maka lahirlah sebuah kolaborasi monumental — sebuah sinergi antara teknologi, bisnis, dan kepedulian lingkungan.

Di tengah hiruk pikuk aktivitas mahasiswa Telkom University, terdapat satu permasalahan yang seringkali luput dari perhatian—sampah. Bukan sekadar sampah makanan atau plastik, melainkan sampah kain, kardus bekas, dan barang-barang tak terpakai hasil dari perpindahan, pengemasan, hingga konsumsi gaya hidup mahasiswa.

Masalah ini bukan hal baru, tapi sering dianggap remeh. Namun tidak bagi Iman Ahmad, CEO dari Kosantelu, platform digital inovatif yang awalnya hanya fokus pada pencarian dan penyewaan kosan di sekitar kampus. Dan tidak juga bagi Ribhi Gusti, CEO dari Bank Bumi, startup berbasis komunitas yang punya mimpi besar: menjadikan sampah sebagai berkah bagi bumi dan manusia.

Dua tokoh muda ini dipertemukan oleh satu kesamaan: hasrat untuk membuat perubahan yang bermakna. Maka lahirlah sebuah kolaborasi monumental — sebuah sinergi antara teknologi, bisnis, dan kepedulian lingkungan.

Kampus dan Sampah — Realita yang Tak Terbantahkan

Di balik prestasi akademik dan kemajuan teknologi di kampus, terdapat jejak-jejak yang tak kasat mata tapi sangat nyata — tumpukan sampah. Mahasiswa pindahan yang meninggalkan kardus, pakaian lama, sepatu rusak, atau bahkan perabotan murah yang dibeli sekadarnya untuk bertahan di awal semester.

Setiap tahun ajaran baru, ribuan mahasiswa baru datang, ribuan lainnya pindah, dan sebagian besar meninggalkan barang yang sudah tidak mereka perlukan. Sampah tersebut biasanya hanya dibuang ke tempat pembuangan akhir, tanpa ada proses daur ulang atau edukasi keberlanjutan yang memadai.

"Masalah ini sebenarnya sudah mengakar, hanya saja belum ada yang benar-benar mau mengatasinya dengan pendekatan sistemik," ujar Iman Ahmad dalam wawancaranya.

Inilah yang menjadi latar belakang gagasan besar kolaborasi antara Kosantelu dan Bank Bumi.

Kosantelu — Dari Platform Digital Menjadi Motor Perubahan Sosial

Kosantelu awalnya hanya sebuah platform digital yang membantu mahasiswa mencari kos-kosan di sekitar Telkom University. Namun seiring waktu, Iman menyadari bahwa bisnisnya menyentuh lebih dari sekadar kebutuhan hunian. Ia menyentuh gaya hidup mahasiswa.

Dengan ratusan mahasiswa yang melakukan transaksi dan terhubung lewat platformnya, Iman melihat potensi besar untuk membawa perubahan sosial. Ia menyadari bahwa dengan sedikit dorongan, mahasiswa bisa diarahkan menjadi generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tapi juga sadar lingkungan.

"Aku percaya bahwa platform teknologi harus punya jiwa—dan jiwa itu adalah dampak sosial," kata Iman.

Inilah yang mendorong Kosantelu memperluas peran, bukan hanya sebagai penyedia hunian, tapi juga sebagai agen perubahan gaya hidup berkelanjutan.

Bank Bumi — Ketika Sampah Menjadi Simpanan Masa Depan

Di sisi lain, Bank Bumi lahir dari keresahan Ribhi melihat banyaknya sampah yang bertebaran di lingkungan mahasiswa tanpa arah dan nilai. Ia berpikir, bagaimana jika sampah itu bisa dikumpulkan, dicatat, dan diubah menjadi poin, edukasi, atau bahkan peluang ekonomi?

Dengan pendekatan berbasis komunitas dan teknologi sederhana, Bank Bumi mulai bergerak. Mahasiswa bisa menukar sampah mereka dengan poin yang bisa digunakan untuk diskon, merchandise, atau ditukar dengan insentif sosial. Tidak hanya itu, mereka juga diajak untuk belajar tentang circular economy, zero waste, dan gaya hidup hijau.

"Misi kami adalah membangun ekosistem ekonomi sirkular berbasis komunitas mahasiswa. Karena perubahan besar harus dimulai dari orang-orang yang punya energi besar: para mahasiswa," kata Ribhi.

Bab 4: Titik Temu — Kolaborasi yang Lahir dari Kepedulian

Pertemuan antara Iman dan Ribhi tidak terjadi secara instan. Keduanya saling mengamati, berdiskusi, lalu menyadari bahwa mereka butuh satu sama lain.

Kosantelu memiliki jaringan pengguna mahasiswa yang luas, sementara Bank Bumi punya sistem dan semangat pengelolaan sampah yang kuat. Maka, terjadilah penandatanganan Nota Kesepahaman di bulan Juni 2025, yang menjadi tonggak awal kerja sama strategis antara dua entitas ini.

Program perdana yang akan dijalankan adalah:

  1. Pengumpulan Sampah Kain dan Kardus di lingkungan kosan.
  2. Edukasi Zero Waste dan Circular Economy melalui seminar bersama.
  3. Pemberdayaan Mahasiswa Sebagai Agen Lingkungan, dengan sistem poin dan rewards.
  4. Pemetaan Sampah Potensial di Lingkungan Kampus, berbasis sistem pelaporan mandiri dari penghuni kos.

Acara peluncuran ini digelar di gedung TULT, dengan tema: “Ayo Cerdas dalam Menanggulangi Sampah Kain di Sekitar Kampus Telkom University.” Antusiasme peserta sangat tinggi, karena mereka melihat sebuah kolaborasi nyata, bukan sekadar kampanye musiman.

Menyentuh Hati Mahasiswa — Bukan Sekadar Aksi, Tapi Inspirasi

Yang membuat kolaborasi ini istimewa bukan hanya karena pendekatannya yang sistemik, tetapi juga emosional. Iman dan Ribhi sama-sama tahu bahwa mahasiswa bukan hanya ingin mendengar angka, tapi juga merasa terlibat dan menjadi bagian dari solusi.

Melalui kisah nyata dari mahasiswa yang berubah gaya hidupnya karena program ini — dari yang biasa buang sembarangan menjadi pengumpul aktif, dari yang cuek menjadi relawan edukasi — Kosantelu dan Bank Bumi membangun narasi kebersamaan.

Beberapa testimoni mahasiswa:

“Awalnya saya pikir ini cuma program buang sampah, tapi ternyata saya bisa dapat reward, belajar tentang ekosistem bumi, dan bahkan jadi volunteer. Ini ngerubah cara saya lihat dunia.”
– Risa, Mahasiswa Teknik Industri

“Saya jadi sadar bahwa apa yang saya buang ternyata bisa menyumbang perubahan, bahkan sekecil kain bekas.”
– Daniel, Mahasiswa Informatika

Dampak Jangka Pendek dan Jangka Panjang

Dampak jangka pendek:

  • Mengurangi tumpukan sampah kain dan kardus di area kos-kosan.
  • Meningkatkan kesadaran lingkungan mahasiswa Telkom University.
  • Menumbuhkan komunitas relawan peduli lingkungan.

Dampak jangka panjang:

  • Membentuk budaya daur ulang dan pengelolaan sampah mandiri.
  • Menjadi model kolaborasi kampus lainnya di Indonesia.
  • Menumbuhkan startup berbasis sosial dan lingkungan dari kalangan mahasiswa.

Dan yang paling penting — membentuk karakter mahasiswa sebagai agen perubahan masa depan, bukan hanya di bidang teknologi, tapi juga kemanusiaan dan keberlanjutan.

Harapan dan Langkah Selanjutnya

Kolaborasi ini baru dimulai. Ke depan, Kosantelu dan Bank Bumi merencanakan ekspansi program ke:

  • Kampus lain seperti UNPAD, UPI, dan ITB.
  • Pengembangan aplikasi Green Wallet untuk mencatat kontribusi sampah.
  • Inkubasi usaha mahasiswa berbasis eco-entrepreneurship.

“Kami ingin mahasiswa bukan hanya menjadi pengguna teknologi, tapi juga pembuat solusi,” tegas Ribhi.

Sementara Iman menambahkan, “Kita mungkin tidak bisa menyelamatkan seluruh dunia, tapi kita bisa menyelamatkan satu kampus, satu kosan, satu mahasiswa — dan dari situlah dunia berubah.”

Ketika Bisnis, Cinta Lingkungan, dan Visi Sosial Menyatu

Di era di mana startup berlomba menjadi unicorn, Kosantelu dan Bank Bumi memilih menjadi human-corn — bisnis yang bertumbuh bukan hanya karena valuasi, tapi juga karena nilai-nilai kemanusiaan dan cinta bumi.

Kolaborasi ini bukan sekadar penandatanganan kertas, tapi sebuah janji: untuk hidup berdampingan dengan bumi, lebih peduli, dan lebih bertanggung jawab.

Dan ketika mahasiswa memutuskan untuk tidak membuang kain bekasnya begitu saja, ketika mereka ikut seminar tentang daur ulang, dan ketika mereka bangga menjadi bagian dari komunitas Zero Waste—di situlah perubahan sejati dimulai.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *